BAGAIMANA KIAT MENGHILANGKAN SIFAT MUDAH MARAH DAN SAKIT HATI?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya mohon maaf ustadz, saya ini orang yang mudah marah, gampang sakit hati, kadang-kadang timbul perasaan iri pada diri saya sendiri.

Dengan keadaan yang demikian, hati saya menjadi kurang tenang, gampang sekali sakit hati.

Yang saya tanyakan, kiat-kiat apa dan saya harus bagaimana agar saya terlepas dari hal yang demikian?

Demikian, kurang dan lebihnya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat saya.



Wa’alaikum salam wr. wb.

Terima kasih, pertanyaan yang sangat luar biasa. Mudah marah atau iri merupakan di antara penyakit hati yang harus dihilangkan. Saya sangat salut dengan pertanyaan penanya, karena betapa banyak manusia yang tidak sadar dan tidak mau tahu apalagi mau berobat ketika hatinya sakit. Orang begitu mudah, pergi ke dokter, berobat, manakala tubuh atau badannya yang sakit. Namun, ketika hatinya yang sakit, jarang mau berobat.

Padahal, hanya hati yang bersih yang kelak akan menyelamatkan kita di akhirat. Allah berfirman:

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Artinya: “Dan janganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’araa: 88, 89).

Rasulullah saw juga bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب)) [متفق عليه]

Artinya: “Rasulullah saw bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia tidak baik, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, segumpal darah dimaksud adalah hati” (HR. Bukhari Muslim).

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihyâ ‘Ulûmiddîn mengatakan ada enam cara untuk mengobati penyakit mudah marah atau juga termasuk di dalamnya mudah sakit hati. Di antaranya adalah:

Pertama, kita harus selalu mengingat besarnya pahala orang yang dapat menahan amarah, sekaligus besarnya pahala orang yang dapat sabar dan tidak mudah marah. Selain itu, kita juga harus selalu mengingat besarnya pahala orang yang mempunyai hati yang bersih, tidak pernah iri, dengki kepada orang lain.

Di antara ayat yang menjelaskan besarnya pahala orang yang dapat menahan amarah, adalah firman Allah berikut ini:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran: 133, 134).

Dalam ayat di atas, orang yang dapat menahan marah, merupakan di antara cirri orang yang bertakwa yang akan meraih surgaNya yang luasnya seluas langit dan bumi.

Kedua, kita juga harus selalu takut dengan siksa Allah bagi mereka yang mudah marah tanpa alasan yang benar atau mereka yang hatinya sakit, mudah iri dan dengki. Imam al-Ghazali mengingatkan setiap kali seseorang hendak marah, ia harus selalu mengatakan kepada dirinya: “Kalau saya marah-marah atau memarahi orang, maka saya kelak di hari kiamat juga akan mendapatkan marah dari Allah. Pada saat itu, saya hanya mengharapkan maafNya, maka karena itu, saya juga harus memaafkannya”.

Ketiga, begitu hendak marah, segeralah ucapkan a’ûdzubillâhi minas syaithânir rajîm, dan segeralah mengambil air wudhu. Karena air wudhu insya Allah dapat meredakan emosi dan amarah.

Keempat, selalu ingatlah bahwa marah dan iri merupakan penyakit hati yang paling bahaya. Ketika marah dan iri ini terus dipelihara, maka tidak akan pernah menjadi orang yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Kelima, pasrahkan hidup kita sepenuhnya kepada Allah. Kita harus selalu ingat bahwa semua urusan dan persoalan di dunia ini sudah diatur oleh Allah. Rizki, Allah sudah tentukan. Jabatan, duniawi juga demikian. Dan kita juga harus selalu ingat, semua yang sifatnya duniawi yang terkadang membuat kita iri hati atau marah, tidak akan berguna di akhirat kelak. Yang kelak akan berguna adalah kebaikan dan hati yang bersih. Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُم)) [رواه مسلم]

Artinya: “Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa-rupa kalian, juga tidak melihat harta benda kalian, akan tetapi Allah hanya melihat hati dan perbuatan kalian” (HR. Muslim).

Keenam, perbanyaklah berdzikir kepada Allah dalam semua hal. Ketika di jalan, di mana pun berada, sebutlah terus namaNya. Usahakan selalu dalam keadaan mempunyai wudhu dalam semua keadaan. Karena dzikir dan wudhu, di antara cara ampuh menolak setan yang menghembuskan sifat marah dan iri kepada kita. Allah juga menegaskan, siapa yang rajin mengingat dan menyebut namaNya, maka hatinya akan tenang. Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28).

Demikian, di antara kiat untuk menjaga hati dari marah dan iri, semoga Allah senantiasa membimbing dan melindungi kita semua, dari semua penyakit hati, amiiin. Wallâhu a’lam bis shawâb.
aep sd

0 komentar:

Post a Comment