Pertanyaan:
Assalamualaikum pak ustad,
Mau tanya cerita/hadis tentang harut marut
Terima kasih
Nuku kamka
....ketika langit pecah dan malaikat turun bersaf saf....
Terima kasih
Nuku kamka
....ketika langit pecah dan malaikat turun bersaf saf....
Jawaban:
HADITS SEPUTAR KISAH HARUT DAN MARUT
Wa’alaikum salam wr.wb.
Terima kasih atas pertanyaan brilian ini. Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan kisah Harut Marut ini. Hanya saja, riwayat-riwayat ini datang dari sekumpulan tabi’in, dan tidak ada hadits shahih yang marfu’, yang bersambung langsung kepada Rasulullah saw tentang kisah ini.
Riwayat-riwayat ini umumnya didapatkan dalam kitab-kitab tafsir, seperti dalam tafsir at-Thabari, Ibnu Katsir, al-Qurthubi, Ibnu Abi Hatim dan yang lainnya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan beberapa riwayat yang umumnya dinukil dari Imam at-Thabari, kemudian di akhir riwayat tersebut ia memberikan penilaian terhadap riwayat-riwayat dimaksud yang semuanya dinilai riwayat dhaif.
Di antara riwayat yang dikemukakan oleh Imam at-Thabari dan Ibnu Katsir adalah riwayat di bawah ini:
Dari as-Suddy, ia berkata: “Harut dan Marut suatu saat pernah mencela perbuatan dan hukum para penghuni bumi (manusia). Lalu dikatakan kepada keduanya: “Aku telah memberikan kepada keturunan Adam sepuluh hawa nafsu, dan karenanya mereka berbuat durhaka kepadaKu”.
Harut dan Marut lalu berkata: “Ya Allah, kalau saja Engkau berikan hawa nafsu-hawa nafsu itu kepada kami, lalu kami diturunkan ke muka bumi, niscaya kami tetap akan berlaku adil dan taat”.
Allah lalu berfirman kepada keduanya: “Coba turunlah kalian berdua ke bumi. Aku telah memberikan sepuluh hawa nafsu itu kepada kalian berdua. Hiduplah di antara manusia-manusia itu”.
Harut dan Marut lalu diturunkan di daerah Babil, Dunbawand, keduanya memerintah di antara manusia. Jika sore tiba, keduanya naik ke langit, dan bila pagi tiba, keduanya kembali turun ke bumi. Demikian seterusnya, sampai datang seorang perempuan yang bertengkar dengan suaminya.
Begitu melihat perempuan tersebut, Harut dan Marut sangat kagum dengan kecantikannya. Nama perempuan itu dalam bahasa Arab adalah az-Zuharah, sedangkan dalam bahasa Persia Anâhîdz atau Beidzakht.
Salah satu malaikat itu berkata kepada temannya: “Sungguh dia telah menawan saya”.
“Aku juga mempunyai perasaan yang sama. Hampir saja aku mengatakannya kepada kamu, hanya aku malu”, jawab yang satunya lagi.
Malaikat yang satu kembali berkata: “Apakah kamu bisa mengatakan perasaan kamu itu kepadanya?”
“Iya, akan tetapi aku takut dengan siksa Allah”, jawab malaikat yang satu.
“Tidak usah takut, nanti kita memohon kasih sayang Allah”, jawab yang lainnya.
Ketika wanita itu datang kembali mengadukan persoalannya dengan suaminya, Harut dan Marut mengungkapkan isi hatinya kepada wanita tersebut.
Wanita itu menjawab: “Tidak bisa, sehingga kalian berdua memutuskan perceraian saya dengan suami saya itu”.
Harut dan Marut pun segera memutuskan perceraiannya dengan suaminya itu. Setelah itu, keduanya lalu mendatangi wanita tersebut, dan ketika keduanya hendak menggaulinya, wanita itu berkata: “Saya tidak mau melakukannya sampai kalian berdua memberi tahu terlebih dahulu bacaan-bacaan di mana kalian dapat naik ke langit, dan bacaan-bacaan di mana kalian dapat turun ke bumi”.
Harut dan Marut lalu memberi tahu bacaan dimaksud. Ketika wanita itu membacanya, tiba-tiba ia naik ke langit. Lalu Allah melupakan bacaan untuk turun ke buminya. Sejak itu, wanita itu tinggal di langit, tidak dapat lagi turun ke bumi.
Allah kemudian menjadikannya salah satu bintang, sehingga ketika Abdullah bin Umar melihatnya, ia melaknat wanita tersebut sambil berkata: “Dialah yang telah mencelakai Harut dan Marut”.
Wa’alaikum salam wr.wb.
Terima kasih atas pertanyaan brilian ini. Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan kisah Harut Marut ini. Hanya saja, riwayat-riwayat ini datang dari sekumpulan tabi’in, dan tidak ada hadits shahih yang marfu’, yang bersambung langsung kepada Rasulullah saw tentang kisah ini.
Riwayat-riwayat ini umumnya didapatkan dalam kitab-kitab tafsir, seperti dalam tafsir at-Thabari, Ibnu Katsir, al-Qurthubi, Ibnu Abi Hatim dan yang lainnya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan beberapa riwayat yang umumnya dinukil dari Imam at-Thabari, kemudian di akhir riwayat tersebut ia memberikan penilaian terhadap riwayat-riwayat dimaksud yang semuanya dinilai riwayat dhaif.
Di antara riwayat yang dikemukakan oleh Imam at-Thabari dan Ibnu Katsir adalah riwayat di bawah ini:
Dari as-Suddy, ia berkata: “Harut dan Marut suatu saat pernah mencela perbuatan dan hukum para penghuni bumi (manusia). Lalu dikatakan kepada keduanya: “Aku telah memberikan kepada keturunan Adam sepuluh hawa nafsu, dan karenanya mereka berbuat durhaka kepadaKu”.
Harut dan Marut lalu berkata: “Ya Allah, kalau saja Engkau berikan hawa nafsu-hawa nafsu itu kepada kami, lalu kami diturunkan ke muka bumi, niscaya kami tetap akan berlaku adil dan taat”.
Allah lalu berfirman kepada keduanya: “Coba turunlah kalian berdua ke bumi. Aku telah memberikan sepuluh hawa nafsu itu kepada kalian berdua. Hiduplah di antara manusia-manusia itu”.
Harut dan Marut lalu diturunkan di daerah Babil, Dunbawand, keduanya memerintah di antara manusia. Jika sore tiba, keduanya naik ke langit, dan bila pagi tiba, keduanya kembali turun ke bumi. Demikian seterusnya, sampai datang seorang perempuan yang bertengkar dengan suaminya.
Begitu melihat perempuan tersebut, Harut dan Marut sangat kagum dengan kecantikannya. Nama perempuan itu dalam bahasa Arab adalah az-Zuharah, sedangkan dalam bahasa Persia Anâhîdz atau Beidzakht.
Salah satu malaikat itu berkata kepada temannya: “Sungguh dia telah menawan saya”.
“Aku juga mempunyai perasaan yang sama. Hampir saja aku mengatakannya kepada kamu, hanya aku malu”, jawab yang satunya lagi.
Malaikat yang satu kembali berkata: “Apakah kamu bisa mengatakan perasaan kamu itu kepadanya?”
“Iya, akan tetapi aku takut dengan siksa Allah”, jawab malaikat yang satu.
“Tidak usah takut, nanti kita memohon kasih sayang Allah”, jawab yang lainnya.
Ketika wanita itu datang kembali mengadukan persoalannya dengan suaminya, Harut dan Marut mengungkapkan isi hatinya kepada wanita tersebut.
Wanita itu menjawab: “Tidak bisa, sehingga kalian berdua memutuskan perceraian saya dengan suami saya itu”.
Harut dan Marut pun segera memutuskan perceraiannya dengan suaminya itu. Setelah itu, keduanya lalu mendatangi wanita tersebut, dan ketika keduanya hendak menggaulinya, wanita itu berkata: “Saya tidak mau melakukannya sampai kalian berdua memberi tahu terlebih dahulu bacaan-bacaan di mana kalian dapat naik ke langit, dan bacaan-bacaan di mana kalian dapat turun ke bumi”.
Harut dan Marut lalu memberi tahu bacaan dimaksud. Ketika wanita itu membacanya, tiba-tiba ia naik ke langit. Lalu Allah melupakan bacaan untuk turun ke buminya. Sejak itu, wanita itu tinggal di langit, tidak dapat lagi turun ke bumi.
Allah kemudian menjadikannya salah satu bintang, sehingga ketika Abdullah bin Umar melihatnya, ia melaknat wanita tersebut sambil berkata: “Dialah yang telah mencelakai Harut dan Marut”.
Ketika malam tiba, Harut dan Marut bermaksud naik ke atas langit, namun keduanya tidak bisa melakukan. Keduanya sadar bahwa ia telah tergoda dan melanggar aturan Allah. Lalu keduanya dirantai di Babil, dan keduanya dapat berbicara dengan manusia, mengajarkan sihir”. Demikian riwayat yang saya kutip dari tafsir ath-Thabari.
Imam ar-Razi dalam tafsirnya at-Tafsîr al-Kabîr atau Mafâtîh al-Ghaib membantah riwayat di atas. Ia mengatakan:
“Riwayat ini batil, tertolak dan tidak dapat diterima. Karena tidak ada dalam al-Qur’an yang menunjukkan akan hal itu.
Bahkan, ada tiga alasan penting yang membuat riwayat ini batal: Pertama, banyak dalil sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang menjelaskan bahwa malaikat itu terjaga dari seluruh perbuatan dosa.
Kedua, perkataan mereka bahwa malaikat diminta memilih dua hal antara siksa dunia dan siksa di akhirat, adalah batil. Karena justru yang lebih utama akan diberikan pilihan antara bertaubat dan siksa, Karena Allah memberikan pilihan itu kepada orang yang berbuat syirik selama hidupnya sekalipun. Bagaimana mungkin Allah pelit memberikan pilihan itu kepada yang hanya berbuat dosa sekali saja?
Ketiga, yang lebih mengherankan lagi adalah perkataan mereka: “keduanya mengajarkan sihir” pada saat keduanya sedang disiksa (dihukum)”.
Hal senada juga diungkapkan Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya Anwârut Tanzîl wa Asrârut Ta’wîl, yang mengatakan: “Ini adalah cerita-cerita orang Yahudi, yang tidak layak dijadikan sebagai sandaran”.
Dari sekian banyak riwayat yang umumnya perkataan para tabi’in, ada satu riwayat yang marfu’ sampai kepada Rasulullah saw. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad nya (2/134), dari Ibnu Umar, bahwasannya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Nabi Adam as, ketika hendak diturunkan oleh Allah ke bumi, para malaikat berkata: “Ya Allah, apakah Engkau akan menjadikan sebagai pemimpin orang yang biasa melakukan kerusakan di muka bumi, juga mengalirkan darah, sementara kami biasa bertasbih memuji dan mensucikanMu. Allah berfirman: “Aku lebih tahu apa yang kalian tidak ketahui”.
Para malaikat berkata kembali: “Tuhan kami, kami lebih patuh dan taat kepadaMu dari pada keturunan Adam”.
Allah lalu berfirman: “Kalau demikian, coba pilih dua malaikat yang paling taat yang akan kami turunkan ke bumi, dan kita lihat apa yang akan dilakukan oleh keduanya”.
Para malaikat menjawab: “Tuhan kami, ini pilihan kami, Harut dan Marut”.
Keduanya lalu diturunkan ke bumi. Tidak lama kemudian, diciptakan seorang wanita sangat cantik, az-Zuharah, yang mendatangi keduanya. Keduanya pun tergiur dan terkagum-kagum dengan kecantikannya, lalu keduanya meminta dirinya (untuk digauli).
Wanita itu menolak dan berkata: “Demi Allah, saya tidak mau melakukannya, sampai kalian berdua menyebut kata-kata syirik kepada Allah”.
“Demi Allah, kami tidak akan pernah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun dan selamanya”, jawab Harut dan Marut.
Wanita itu lalu pergi, dan tidak lama ia datang kembali dengan membawa seorang bayi. Kedua malaikat itu kembali meminta dirinya, namun wanita itu kembali menolak dan berkata: “Demi Allah saya tidak mau melakukannya, sampai kamu membunuh bayi ini”.
Kedua malaikat menjawab: “Demi Allah, kami tidak akan melakukannya, dan kami tidak akan membunuh siapapun selamanya”.
Wanita itu lalu pergi dan tidak lama datang kembali dengan membawa segelas minuman keras. Harut dan Marut kembali meminta dirinya. Wanita ini menjawab: “Demi Allah, saya tidak akan melakukannya kecuali jika kalian berdua meminum minuman keras ini”.
Keduanya lalu meminum minuman keras tersebut, sampai keduanya mabuk. Begitu mabuk, keduanya lalu menggauli wanita tadi, dan juga membunuh bayi tersebut.
Ketika keduanya sadar, wanita itu berkata: “Demi Allah, kalian berdua tidak meninggalkan sesuatu yang aku tawarkan tadi, kecuali kalian telah melakukan semuanya ketika kalian mabuk”.
Lalu dipilihkan untuk kedua malaikat itu antara siksa dunia dan siksa akhirat. Harut dan Marut pun lebih memilih siksa dunia” (HR. Ahmad).
Hadits di atas, menurut para ulama, seperti Ibnu Katsir, satu-satunya hadits yang marfu’ sampai kepada Rasulullah saw tentang kisah Harut dan Marut. Hanya saja, hadits di atas dinilai sebagai Hadits Dhaif oleh para ulama hadits, karena di dalam sanadnya ada rawi bernama Musa bin Jubair, yang oleh para ulama hadits seperti Imam al-Haitsami dalam Majmauz Zawâid, Ibnu Katsir dan Ibnu Asyur dalam Tafsirnya dinilai sebagai rawi dhaif. Terlebih, menurut para ulama, riwayat-riwayat seputar kisah Harut dan Marut yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab tafsir seperti dalam Tafsir at-Thabari adalah berita-berita Israiliyyat yang tertolak.
Mengakhiri pembahasan hadits seputar kisah Harut Marut ini, berikut penulis kutipkan perkataan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 ini:
وقد روي في قصة هاروت وماروت عن جماعة من التابعين، كمجاهد والسدي والحسن البصري وقتادة وأبي العالية والزهري والربيع بن أنس ومقاتل ابن حيان وغيرهم، وقصها خلق من المفسرين، من المتقدمين والمتأخرين. وحاصلها راجع في تفصيلها إلى أخبار بني إسرائيل، إذ ليس فيها حديث مرفوع صحيح متصل الإسناد إلى الصادق المصدوق المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى. وظاهر سياق القرآن إجمال القصة من غير بسط ولا إطناب فيها، فنحن نؤمن بما ورد في القرآن على ما أراده الله تعالى، والله أعلم بحقيقة الحال
Artinya: “Kisah Harut dan Marut banyak diriwayatkan kisahnya dari sekelompok tabi’in seperti Mujahid, as-Suddy, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, Abul ‘Âliyyah, az-Zuhry, ar-Rabi’ bin Anas, Muqatil, Ibnu Hayyan dan yang lainnya. Demikian juga, kisahnya banyak diceritakan oleh para mufassir, baik yang terdahulu ataupun yang belakangan. Kesimpulannya, semua kisah secara terperincinya merupakan kisah-kisah Bani Israil, karena tidak ada satupun hadits Marfu’ yang shahih yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah saw yang menceritakan akan hal itu. Sedangkan al-Qur’an menceritakan kisahnya secara global, tanpa penjelasan yang panjang. Karena itu, kami mengimani apa yang ada dalam al-Qur’an menurut kehendak Allah, dan hanya Allah yang lebih mengetahui hakikat sebenarnya”.
Demikian bahasan seputar hadits kisah Harut dan Marut ini, semoga bermanfaat. Wallâhu a’lam bis shawâb.
0 komentar:
Post a Comment