BOLEHKAH MENJAWAB SALAM ORANG NON MUSLIM

Pertanyaan:
Sekali lagi terimakasih buaaaaaaanyak Kang Aep atas reply dan kiriman2 tulisannya yang suaaaangat berharga untuk abdi.

Ada beberapa pertanyaan Kang,
1. Ada teman Nasrani yang kalau ketemu kami, menyebut Assalam mu'alaikum dengan tulus. Kami bolehkan menjawab Wa'alaikum salam?
2. Bolehkan TKW yang mendo'akan keselamatan dan kesejahteraan kepada Majikannya/yang memberinya rejeki yang kebetulan bukan orang Islam, agar ia tetap dapat gaji, atau sering dikasih uang tambahan. Kan agama Islam itu untuk Rahmatan Alamin (rahmat bagi seluruh mahluk yang ada di alam semesta) QS:38 Shaad 87.
3. Dari hadits dibawah ini, berarti kita bolehkan bersedekah, memberi makan dan memberi salam kepada orang selain Islam? Kan di Athena sini banyak orang yang kurang beruntungnya bukan dari orang Islam.
Artinya: "Dari Abdullah bin Amer, bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw: "Islam yang bagaimana yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab: "Kamu memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan kepada orang yang tidak kamu kenal" (HR. Bukhari Muslim).
Sekian dulu Kang, Sebelumnya kami ucapkan berjuta terimakasih atas jawaban Akang yang dimuliakan Allah.

Wassalamu'alaikum
Rayadi
Athena



Jawaban:
Wa'alaikum salam wr. wb.
Sami-sami Bapak, semoga bermanfaat untuk kita semua, amiiin. Kita sama-sama mendoakan Pak, semoga kita semua selalu dalam ridha Allah, amiin.

Adapun pertanyaan itu:

Bolehkah menjawab salam orang Yahudi dan Nashrani, non muslim?

1. Boleh Bapak, silahkan kita jawab dengan wa'alaikum salam (kedamaian juga buat kalian). Memang ada beberapa hadits yang mengatakan, Rasulullah saw bersabda: apabila orang nashrani, Yahudi, musyrik mengucapkan assalamu'alaikum, maka jawablah dengan assammu 'alaik (kehancuran, racun, bagi kamu). Namun, para ulama melihat hadits ini:

Pertama, Rasul mengatakan demikian, karena orang Yahudi dan Nashrani dahulu mengucapkan salam nya bukan betul2 tulus, tapi untuk mengejek dan menghina.

Kedua, ucapan salam Yahudi dan Nashrani itu, bukan artinya kedamaian tapi cemoohan buat kalian. Untuk itu Rasul mengatakan hendaknya dijawab dengan di atas.

Ketiga, hadits-hadits tersebut berbicara dalam konteks perang, artinya permusuhan dari Nashrani dan Yahudi saat itu saaangat luar biasa, karena itu Rasul mengatakan demikian.

Untuk konteks sekarang tentu, tidak demikian lagi. Untuk itu, maka ketika orang non muslim mengucapkan salam dengan tulus, maka jawablah dengan wa'alaikum salam. Islam adalah ramhah untuk semesta alam. Konteks sekarang bukan konteks perang lagi, tapi konteks untuk menebar kedamaian dan kasih sayang.

Namun demikian, kita tidak dianjurkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu kepada non muslim. Apabila mereka mengucapkan terlebih dahulu, kita baru menjawabnya. Mengapa? Karena syi'ar salam, pada dasar dan pokoknya adalah syi'ar di antara sesama muslim.

Saya ingin menjelaskan bagaimana toleransinya Rasul dengan non muslim dalam hal lain. Dalam banyak hadits Muslim dan hadits shahih lainnya Rasul pernah bersabda:"janganlah kamu sengaja berpuasa hanya hari Jum'at saja, atau hanya hari Sabtu saja atau hanya hari Ahad saja" Mengapa? Karena Rasul sangat toleran. Hari Jum'at adalah hari raya ummat Islam, tidak diperkenankan ketika kita berhari raya berbahagia, kita berpuasa. Sabtu adalah hari raya Yahudi, artinya ummat Islam juga perlu menghormati dan menghargai mereka. Seandainya mereka tetangga kita dan mengundang kita makan, tentu kita ikut juga makan dengan mereka, karena itu adalah hari raya mereka. Ahad adalah hari raya orang Nashrani. Ini pun demikian, demi menghormati mereka, Rasul membenci ornag yang berpuasa hanya pada hari Jum'at saja, hanya pada hari Sabtu saja dan hanya pada hari Ahad saja.

Bolehkah, seorang muslim mendoakan kesejahteraan kepada non Muslim:

2. Boleh Bapak, sepengetahuan saya, tidak ada larangan seorang muslim mendoakan kesejahteraan, kemudahan dan lainnya kepada non muslim. Doa-doa yang berkaitan dengan duniawi, silahkan saja sekalipun dengna non muslim.

Bahkan, bukan hanya duniawi, ukhrawi pun dipersilahkan, misalnya memohonkan agar dia diberi petunjuk, diberi hidayah. Hal ini sebagaiman doa Nabi Muhamamd ketika dilempari oleh orang-orang Thaif yang non muslim dan musyrik, Rasulullah saw berdoa: "Ya Allah, berilah hidayah (petunjuk) mereka, karena mereka tidak mengetahui".

Bukan hanya diperbolehkan memohonkan petunjuk, bahkan, meminta dimaafkan atas dosa-dosanya pun juga diperbolehkan. Seringkali banyak orang memahami kurang tepat, bahwa orang Islam tidak boleh mendoakan non muslim termasuk tidak boleh memohon agar dimaafkan kesalahan-kesalahannya berdasarkan firman Allah dalam surat at-Taubah: 113, yang artinya:

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam".


Saya perlu tegaskan, tidak bolehnya mendoakan dan memohonkan ampun atas dosa-dosa non muslim itu apabila mereka telah meninggal dunia dan telah jelas-jelas orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas: sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam". Adapun apabila mereka non muslim masih hidup di dunia, kita tidak mengapa mendoakan mereka baik duniawi ataupun ukhrawi. Imam at-Thabari dalam Tafsirnya, sangat jelas mengungkapkan hal ini. Beliau mengatakan: "Larangan di atas apabila mereka telah meninggal dunia dan telah jelas-jelas sebagai penghuni neraka, adapun kalau masih hidup, maka muslim dianjurkan untuk mendoakan mereka" (dapat dilihat dalam Tafsir ath-Thabari ketika menafsirkan ayat 113 dari surat at-Taubah).

Jadi dipersilahkan seornag muslim mendoakan non muslim baik doa-doa duniawi maupun ukhrawi. Betul sekali Pak, Islam adalah rahamat bagi semesta alam. Mari kita taburkan kedamaian, kasih sayang, cinta kasih, perdamaian, toleransi ke alam dunia ini, baik terhadap sesama muslim maupun terhadap non muslim.

Bolehkan memberikan infak, sedekah kepada non Muslim?

3. Mengenai masalah ketiga, para ulama sedikit membedakan antara sedekah berupa zakat dan sedekah berupa infak. Untuk zakat, tetap ditekankan untuk orang muslim, karena zakat adalah kewajiban yang sifatnya formal. Karena itu, pisahkan harta tersebut, apakah yang memberikannya berniat zakat atau infak. Apabila harta zakat, maka berikan kepada non Muslim. Apabila di Yunani tidak ada yang fakir miskin yang muslim, maka berikan ke negara tetangga, misalnya untuk para mahasiswa di Mesir atau di indonesia.

Adapun untuk harta infak sedekah sunnat, diperbolehkan juga diberikan kepada non muslim. Hal ini sebagaiman disebutkan dalam al-Qur'an surat al-Insan ayat 8 dan 9: " Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih".

Para ahli tafsir seperti Imam ath-Thabari, Imam al-Qurthubi, Imam ar-Razi, mengatakan bahwa kata 'orang yang ditawan' dalam ayat di atas adalah orang-orang musyrik, non muslim. Namun dalam ayat di atas, tetap diperbolehkan seseorang memberikan harta yang disukainya termasuk kepada non muslim sekalipun. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa infak sedekah sunnat dapat juga ditasharrufkan (diberikan) kepada non muslim. Hanya, apabila diberikan kepada orang muslim yang sama-sama membutuhkan, tentu lebih utama dan lebih mulia.

Dan perlu saya sampaikan untuk bapak-bapak di Yunani, bahwa harta zakat dan infak kita, menurut para ulama, sebaiknya tidak diberikan semuanya di Indonesia. Tapi zakat, infak dan sedekah kita pun, kita bagikan sebagiannya untuk mereka yang berada di tempat kita mencari dan mendapatkan uang dan harta, dalam hal ini di Athena. Untuk itu, berikan juga untuk mereka sebagiannya. Tentu mereka yang mendapatkannya adalah yang termasuk kategori berhak, fakir miskin dan lainnya (QS. at-Taubah: 60).

Demikian jawaban-jawban saya semoga bermanfaat. Kurang lebih saya mohon maaf, yang benar tentu dari Allah dan Rasul Nya, yang salah dari kebodohan saya dan setan. Wallahu 'alam bis shawab.

Saya tunggu pertanyaan-pertanyaan berikutnya Pak Rayadi apabila ada. Tetap semangat Pak, Bapak adalah termasuk yang menanam pohon pahala yang luar biasa di Athena, dan insya Allah Allah tidak akan menyia-nyiakan kebaikan dan perjuangan Bapak. Terima kasih. Salam buat bapak-bapak dan ibu-ibu di Athena, apapun pertanyaan silahkan kirim ke abdi, tentang masalah apa saja. Insya Allah saya akan carikan jawabannya. Hatur nuhun.

Wassalam
Hormat abdi,

Aep SD

6 komentar:

Anonymous said...

apa benar hari ahad adalah harinya umat nasrani..?? dari mana sumbernya ? di alkitab pun tidak pernah memerintahkan umat nasrani sembahyang di hari ahad ???? namun mereka diperintahkan memuliakan hari Sabat (Sabtu)... dari mana sumbernya..???

Aep Saepulloh Darusmanwiati said...

Terima kasih Mas atas komentar dan pertanyaannya. Silahkan dilihat jawabannya di tulisan saya berjudul: Apakah Benar Hari Ahad (Minggu) adalah hari ibadah kaum Nashrani?
Terima kasih, jazaakallah.

MUX SPARROW said...

Salam alaikum, Pak Haji Kang Aep Saepulloh, ieu munggaran abi lebet ka blog na.. MasyaAllah, Alhamdulillah, abi kengeng pencerahan ti tulisan Akang Haji. Hatur Nuhun pisan.

Ini baru namanya haji mabrur!!! InsyaAllah.. :)
Salam kenal, Kang.. Mugia Akang tur kaluwarga sateras na aya dina kanyaah Gusti Allah Swt. Amin.

Aep Saepulloh Darusmanwiati said...

Wa'alaikum salam wr. wb. Hatur nuhun, mugia bermanfaat. Semua yang benar dari Allah dan RasulNya, nu lepat dari abdi nyalira. Hatur nuhun, salam kenal oge Kang. Jazaakumullah, amiiin, wa iyyaakum. Nuhun.

Anonymous said...

1. bolehkah orang non muslim menyumbang pada muslim...
2. Umat Islam faktanya sangat tergantung dengan kaum kafir.... mengapa umat Allah dapat kalah dalam kemajuannya dengan kafir?

Anonymous said...

Kalo Allah memang berpihak pada Rosul dan umatnya... mengapa negara2 Islam kebanyakan terpuruk?

Post a Comment